Raja Legendaris Kerajaan Padjadjaran yang Memerintah Tanah Sunda pada Abad ke-15 hingga Awal Abad ke-16
Prabu Siliwangi, yang nama aslinya Sri Baduga Maharaja, adalah raja Kerajaan Padjadjaran yang memerintah sekitar tahun 1482 hingga 1521. Ia dikenal sebagai raja yang bijaksana, adil, dan memiliki kesaktian luar biasa. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Padjadjaran mencapai puncak kejayaan dan kemakmuran.
Dalam berbagai naskah kuno seperti Carita Parahyangan dan Babad Pajajaran, Prabu Siliwangi digambarkan sebagai raja ideal yang membawa kejayaan bagi Kerajaan Sunda. Ia juga dikenal dengan gelar "Prabu Guru Dewataprana" yang menunjukkan kedudukannya yang tinggi dan dihormati.
Selain sebagai pemimpin politik, Prabu Siliwangi juga dianggap sebagai pemimpin spiritual yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan. Ia dikenal memiliki kebijaksanaan dan kearifan yang tinggi dalam memimpin rakyatnya, serta kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan dunia spiritual.
Sri Baduga Maharaja dinobatkan sebagai raja Kerajaan Padjadjaran, menggantikan ayahnya Prabu Susuk Tunggal. Ia kemudian dikenal dengan gelar Prabu Siliwangi.
Prabu Siliwangi melakukan konsolidasi kekuasaan dengan memperkuat struktur pemerintahan dan membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan tetangga.
Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Padjadjaran mencapai puncak kejayaan. Perdagangan melalui pelabuhan Sunda Kelapa berkembang pesat, dan sistem pertanian semakin maju.
Prabu Siliwangi mendorong pengembangan kebudayaan Sunda, termasuk sastra, seni, dan arsitektur. Berbagai naskah penting ditulis pada masa ini.
Pada masa ini, pengaruh Islam mulai masuk ke Tanah Sunda melalui Cirebon. Prabu Siliwangi menghadapi tantangan politik dan spiritual yang semakin kompleks.
Menurut catatan sejarah, Prabu Siliwangi mengakhiri masa pemerintahannya pada tahun ini. Dalam legenda, ia dikatakan mengasingkan diri ke hutan dan berubah wujud menjadi harimau putih (Maung Padjadjaran).
Salah satu peninggalan penting dari masa pemerintahan Prabu Siliwangi adalah Prasasti Batutulis di Bogor. Prasasti ini mencatat pembangunan saluran irigasi dan berbagai karya besar lainnya.
Prabu Siliwangi meninggalkan warisan budaya yang kaya, termasuk berbagai tradisi, cerita rakyat, dan sistem nilai yang masih dipegang oleh masyarakat Sunda hingga saat ini.
Berbagai lokasi di Jawa Barat masih menyimpan jejak sejarah Prabu Siliwangi, seperti situs-situs kerajaan di Bogor, Cianjur, dan berbagai tempat yang dikaitkan dengan legenda Maung Padjadjaran.
Menurut catatan sejarah, Prabu Siliwangi memiliki banyak istri dari berbagai kerajaan sebagai bagian dari aliansi politik. Ia dikabarkan memiliki 300 istri dan 100 anak.
Dalam naskah Carita Parahyangan, Prabu Siliwangi disebut dengan nama Sri Baduga Maharaja. Gelar "Siliwangi" sendiri berarti "Harimau Suci" dalam bahasa Sunda.
Prabu Siliwangi menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai kerajaan, termasuk Kerajaan Portugal. Hal ini dibuktikan dengan perjanjian antara Padjadjaran dan Portugal pada tahun 1522.
Legenda menyebutkan bahwa Prabu Siliwangi berubah wujud menjadi harimau putih (Maung Padjadjaran) dan mengasingkan diri ke Hutan Sancang ketika Islam mulai menyebar di Tanah Sunda.
Di bawah kepemimpinannya, sistem irigasi di Kerajaan Padjadjaran berkembang pesat. Ia memerintahkan pembangunan saluran air yang canggih untuk mendukung pertanian.
Sosok Prabu Siliwangi telah menginspirasi berbagai bentuk kesenian Sunda, dari wayang golek, tari-tarian, hingga karya sastra dan seni rupa modern.
Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak. Leuweung hejo, cai ngocor, manusa bagja.— Petuah yang diatribusikan kepada Prabu Siliwangi
(Hutan rusak, air habis, manusia sengsara. Hutan hijau, air mengalir, manusia bahagia.)