Leuweung Sancang

Halaman ini akan berisi detail informasi tentang item yang dipilih.

Detail Image

Kawasan Garut Selatan, khususnya Leuweung Sancang, memiliki nilai sejarah dan spiritual yang tinggi meski tidak termasuk wilayah kerajaan besar Sunda seperti Pajajaran atau Sumedang Larang. Leuweung Sancang terbagi menjadi sembilan zona (Sancang 1–9), masing-masing menyimpan situs makam kuno, seperti Situs Gunung Nagara dan Makam Prabu Gesan Ulun. Gunung Nagara sendiri bukan gunung tinggi, melainkan bukit dengan keanekaragaman flora-fauna unik, seperti pohon burahol, burung rangkong, serta hewan langka seperti macan kumbang dan kambing hutan.

Leuweung Sancang dikaitkan dengan legenda Maung Bodas (Harimau Putih) dan Lodaya Sakti, serta diyakini sebagai bekas wilayah Kerajaan Pajajaran. Situs Gunung Nagara memiliki kompleks makam kuno yang dianggap sakral, seperti makam Prabu Siliwangi dan patihnya, dengan struktur kuburan yang melambangkan 30 juz Alquran. Ritual ziarah sering dilakukan, termasuk mandi di Sumur Tujuh, sementara mitos kayu kaboa—yang konon berkhodam harimau gaib—menarik peziarah mencari berkah spiritual.

Sayangnya, Leuweung Sancang mengalami degradasi parah sejak 1998 akibat penebangan liar dan pembangunan jalan lintas selatan. Satwa langka seperti banteng dan burung rangkong punah, sementara flora unik seperti kayu werejit hampir hilang. Meski kini lebih banyak tersisa mitos daripada kekayaan alamnya, upaya pelestarian tetap diperlukan untuk menjaga warisan sejarah dan potensi pariwisatanya, termasuk eksplorasi situs arkeologi yang belum tergali sepenuhnya.

Kembali ke Beranda